Minggu, 30 Oktober 2011

Penalaran

Topik     : Menulis adalah Proses Bernalar
Judul      : Penalaran  
Tujuan    :  Menjelaskan tentang penalaran yang baik dan benar didalam pembuatan suatu penulisan


     Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan  indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis(antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence). Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.Kesimpulan berupa pernyataan yang di turunkan atas dasar alasan-alasan tertentu.
Metode dalam menalar ada 2, yaitu :


1. Induktif, dan
2. Deduktif



Metote induktif 
1. Metode berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum.
2. Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti
3. .Generalisasi adalah bentuk dari metode berpikir induktif.

Metode deduktif
 Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
 Contoh: Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gayahidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial. Bagian ini membutuhkan pengembangan.

Konsep dan simbol dalam penalaran 

Penalaran juga merupakan aktifitas pikiran yang abstrak, untuk mewujudkannya diperlukan simbol. Simbol atau lambang yang digunakan dalam penalaran berbentuk bahasa, sehingga wujud penalaran akan akan berupa argumen.
Kesimpulannya adalah pernyataan atau konsep adalah abstrak dengan simbol berupa kata, sedangkan untuk proposisi simbol yang digunakan adalah kalimat (kalimat berita) dan penalaran menggunakan simbol berupa argumen. Argumenlah yang dapat menentukan kebenaran konklusi dari premis.

Berdasarkan paparan di atas jelas bahwa tiga bentuk pemikiran manusia adalah aktivitas berpikir yang saling berkait. Tidak ada ada proposisi tanpa pengertian dan tidak akan ada penalaran tanpa proposisi. Bersama – sama dengan terbentuknya pengertian perluasannya akan terbentuk pula proposisi dan dari proposisi akan digunakan sebagai premis bagi penalaran. Atau dapat juga dikatakan untuk menalar dibutuhkan proposisi sedangkan proposisi merupakan hasil dari rangkaian pengertian.
Syarat-syarat kebenaran dalam penalaran

Jika seseorang melakukan penalaran, maksudnya tentu adalah untuk menemukan kebenaran. Kebenaran dapat dicapai jika syarat – syarat dalam menalar dapat dipenuhi.
# Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.
# Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua premis harus benar. Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar secara formal maupun material. Formal berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari aturan – aturan berpikir yang tepat sedangkan material berarti isi atau bahan yang dijadikan sebagai premis tepat.

PENALARAN DI DALAM PENULISAN 

Bahasa adalah alat komunikasi lingual manusia, baik secara lisan maupun tertulis atau symbol/lambang yang dihasilkan dari ujaran manusia dalam rangka menjalankan fungsi bahasa. dalam fungsi dasar bahasa yang tidak dihubungkan dengan status dan nilai-nilai sosial. Setelah dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari-yang di dalamnya selalu ada nilai-nilai dan status bahasa tidak dapat ditinggalkan.Pada dasarnya, bahasa memiliki fungsi-fungsi tertentu yang digunakan berdasarkan kebutuhan seseorang, Fungsi bahasa tersebut dibagi menjadi 5 (lima), antara lain :

1. Sebagai alat komunikasi,
2. Sebagai alat ekpresi diri,
3. Sebagai alat Kontrol social dan integrasi,
4. Sebagai alat adaptasi, dan
5. Sebagai alat berpikir.

Dalam berbagai tulisan ilmiah ataupun artikel  , bahasa sering diartikan sebagai tulisan yang mengungkapkan buah pikiran sebagai hasil dari pengamatan, tinjauan, penelitian yang seksama dalam bidang ilmu pengetahuan tertentu, menurut metode tertentu, dengan sistematika penulisan tertentu, serta isi, fakta dan kebenarannya dapat dibuktikan dan dapat dipertanggungjawabkan. Bentuk-bentuk karangan ilmiah identik dengan jenis karangan ilmiah, yaitu makalah, laporan praktik kerja, kertas kerja, skripsi, tesis dan disertasi.
Ragam bahasa karya tulis ilmiah atau akademik hendaknya mengikuti ragam bahasa yang penuturnya adalah terpelajar dalam bidang ilmu tertentu. Ragam bahasa ini mengikuti kaidah bahasa baku untuk menghindari ambiguitas makna karena karya tulis ilmiah tidak terikat oleh waktu. Dengan demikian, ragam bahasa karya tulis ilmiah sedapat-dapatnya tidak mengandung bahasa yang sifatnya kontekstual seperti ragam bahasa jurnalistik. Tujuannya adalah agar karya tersebut dapat dipahami oleh pembaca yang tidak berada dalam situasi atau konteks saat karya tersebut diterbitkan.
Masalah ilmiah biasanya menyangkut hal yang bersifat abstrak atau konseptual yang sulit dicari analoginya dengan keadaan nyata. Untuk mengungkapkan hal semacam itu, diperlukan struktur bahasa dan kosakata yang canggih.

Ciri ragam bahasa tulis :

>Kosa kata yang digunakan dipilih secara cermat,
>Pembentukan kata dilakukan secara sempurna,
>Kalimat dibentuk dengan struktur yang lengkap dan,
>Paragraf dikembangkan secara lengkap dan terpadu.

Sifat ragam bahasa tulis :

- Cendekia
- Lugas
- Jelas
- Formal
- Obyektif
- Konsisten
- Bertolak dari Gagasan
-Ringkas dan Padat

Referensi :
Penulisan tentang "Penalaran " diatas, saya ambil dari berbagai sumber - sumber yang menjelaskan tentang penalaran yang baik dan benar dalam suatu penulisan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar